MACAM MACAM GAYA MENGAJAR PENJASORKES
Sabtu, 07 September 2013
0
komentar
GAYA KOMANDO
Gaya
komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Tujuannya
adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia
sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau
kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini ditandai
dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu dimulai dengan
penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya
berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang Gaya Mengajar
Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh oleh siswa akan
cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan sepuasnya.
Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Penerapan Gaya Komando :
· Ingin diajarkan
ketrampilan khusus atau khas
· Menangani kelas yang
sulit dikendalikan
· Ingin mencapai kemajuan
yang lebih cepat
· Sekelompok anak yang
memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat
keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta
didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang
sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah
dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan
cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang
diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam
menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai
untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar
Kelemahan Dan Keuntungan Gaya komando
a) Kelemahan Gaya Komando Adalah :
Ø Kurang mengembangkan penalaran
Ø Kurang mengembangkan pembentukan sifat
Ø
Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat
terbatas
b)
Keuntungan gaya Komando Adalah :
Ø
Keseragaman gerak
Ø Jika
dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan menyenangkan
Ø
Mengembangkan perilaku disiplin
Ø
Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
Sasaran gaya
Komando
ü
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
ü
penampilan yang sama/seragam
ü
mengikuti model yang telah ditentukan
ü
ketepatan dan kecermatan respons
ü
meningkatkan semangat kelompok
ü
penggunaan waktu secara efisien
GAYA LATIHAN
Dalam gaya
ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan
guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini guru
bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan
menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan
sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya
tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya
guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan
belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan
bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara
serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas dapat
disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai dengan
kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu
dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri Ciri Gaya Latihan
§ Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas belajar dan urutan kegiatan
belajar ditentukan oleh guru.
§ Siswa hanya diberi kebebasan dalam menentukan tempo latihan
Penerapan Gaya Latihan
v Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
v Tugas lisan atau tulisan dibuat secara jelas dan singkat
v Siswa melakukan tugas dengan kemampuannya
Kelemahan Dan Keuntungan Gaya Latihan
a) Kelemahan
Ø Kurang mengembangkan kreatifitas
Ø Tugas yang kurang jelas dan terlalu panjang dapat menimbulkan lupa
Ø Bagi sebagian anak dapat menghindari dari tugas yang sebenarnya
b) Keuntungan
Ø Guru dapat memberikan umpan balik secara individual
Ø Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
GAYA RESIPROKAL (BERBALASAN)
Pada gaya
resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu
(dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang
bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh
temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah
disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari
kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh
peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi
aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang
benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka
mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab
dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya
resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya
resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan. Gaya resiprokal
juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan umpan balik dan
peranan ini memungkinkan: 1. peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya 2.
umpan balik secara langsung.
Sasaran Gaya
Resiprokal
1. Tugas
(Materi Pembelajaran):
Ø Memberi
kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
Ø
Siswa menerima umpan balik langsung
Ø
Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan penampilan tugas
2. Peranan
Siswa:
Ø
Memberi dan menerima umpan balik
Ø
Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
Ø
Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
Ø
Memberikan umpan balik
Akibat ada
interaksi social antara siswa dengan pasangannya :
ü
Umpan balik langsung
ü Guru
mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
ü Guru
memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan
pembelajaran
Peranan Guru
·
Menjawab pertanyaan dari pengamat
·
Berkomunikasi dengan pengamat
·
Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal Hal Yang
Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
1.
Menerima criteria perilaku
2.
Mengamati penampilan perilaku
3.
Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
4.
Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
5.
Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
6.
Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan
siswa.
Hal Yang
Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
1.
Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
2.
Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku
Keuntungan
atau kerugian.
Gaya ini memberikan keuntungan antara lain sbb:
ü memberikan umpan balik seketika tanpa
di tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa.
Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar
atau yang keliru.
ü dapat mengembangkan cara kerja
dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya berkembang.
ü meningkatkan proses belajar mengajar dengan
cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada
dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses belajar
mengajar juga.
Kelemahan itu dapat dikemukakan sbb:
q Sering menimbulkan situasi yang
emosional antar apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku
berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang
berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi,
bergaya mengurui yang serba tahu.
q Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap
kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan
sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi
ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
q Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan
suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi
gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran kerja.
SELF CHECK STYLE (GAYA MENILAI DIRI SENDIRI )
Pengertian dari Self Check Style adalah Menilai penampilannya sendiri dan
menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri serta belajar
bersikap objektif terhadap penampilannya, baik belajar menerima
keterbatasannya, membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan
sesudah pelajaran. Dalam gaya ini siswa lebih mandiri dibanding dengan gaya
sebelumnya. Dalam gaya ini siswa membandingkan antara apa yang dilakukan dengan
kriteria dari guru.
Implikasi
Gaya Menilai Diri Sendiri :
Ø Guru
mendorong kemandirian siswa
Ø Guru
mendorong siswa utk mengembangkan keterampilan dan memantau sendiri
Ø Guru
mempercayai siswa
Ø Guru
mengajukan pertanyaan yang berpusat pada proses periksa diri dan pelaksanaan
tugas
Ø
Siswa belajar sendiri
Ø
Siswa mengenali keterbatasannya
Ø
Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa diri
Peranan
Siswa :
ü
Menilai penampilannya sendiri
ü
Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri
ü
Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
ü
Belajar menerima keterbatasannya
ü
Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan
Memilih
Desain tugas :
a.
guru dapat memilih satu tugas untuk semuanya
b.
mendesain tugas yang berbeda-beda, menyediakan berbagai tugas sesuai dengan
kemampuan siswa
c.
lembaran kriteria. lembaran tugas gaya ini sama dengan gaya latihan
GAYA INKLUSIF/PARTISIPATIF ( INCLUSION STYLE)
Pada gaya
inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan
peserta didik menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan
dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan
rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau
kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik yang terkait dengan
tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Misal level 1
merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level
3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan
level, guru juga menetapkan kriteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya
siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai
dengan kemampuannya (siswa) sendiri dan siswa diberi kesempatan untuk
mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah
dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada
diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih
dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
Tujuan gaya
inklusi :
q
Melibatkan semua siswa
q
Penyesuaian thd perbedaan individu
q
Memberi kesempatan utk memulai pd tingkat kemampuan sendiri
q
Memberi kesempatan utk mulai kerja dg tgs-tgs yg ringan ke berat, sesuai dg
tingkat kemampuan siswa
q
Melajar melihat hub antara kemampuan merasa dg tgs apa yg dpt dilakukan oleh
siswa
q
Individualisasi dimungkinkan, krn memilih diantara alternatif tingkat tgs yg
telah disediakan
Peranan
Guru:
a.
Membuat keputusan pada pra pertemuan
b.
Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan
yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk
beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit
Implikasi
gaya Inklusif :
ü
Siswa dapat terlayani dengan perbedaan individu
ü
Adanya perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang
ada
ü
Fokus perhatian ke individu siswa
ü
Siswa membandingkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan
fisik
ü
Memilih dan merancang pokok bahasan
Keputusan-keputusan
Siswa:
o
Memilih tugas-tugas yang tersedia
o
Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
o
siswa mencoba tugasnya
o
Siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih
mudah, berdasarkan hasil tugas awal
o
Mencoba tugas berikutnya
o
Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
o
Prosesnya dilanjutkan
GUIDED DISCOVERY ( GAYA PENEMUAN TERBIMBING )
Penemuan adalah terjemahan dari
discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses mental di mana siswa
mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip". Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah,
2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil
belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses pemahaman dan 'mengkonstuksi' sendiri konsep atau
pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar
pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif,
beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai
berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah
tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya
mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut
diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal
latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas
dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model
pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru,
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang
baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model
ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini
PROBLEM SOLVING ( PEMECAHAN MASALAH )
Problem
solving pada dasarnya adalah siswa memecahkan masalah baik secara individu
maupun kelompok. Disini guru memberikan tugas atau masalah yang akan
mengarahkan siswa kepada jawaban yang bisa diterima. Gaya ini terdiri atas
masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Dalam pengertian yang luas,
problem solving ini meliputi guided discovery, convergent problem solving, dan
divergent problem solving (Pica, 1995). Dalam guided discovery, guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah. Convergent problem solving atau sering disebut juga discovery atau
inquiry, ditandai dengan adanya satu atau banyak jawaban yang benar terhadap
masalah yang diajukan oleh gurunya. Dalam gaya ini siswa terlibat secara aktif
dalam penggunaan alasan alasan logis, pemikiran pemikiran yang kritis, dan
“trial dan error” sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Sedangkan diveregent problem yang sering disebut juga exploration ditandai
dengan adanya istilah jawaban benar salah, sebagai penggantinya, variasi atau
banyak macam jawaban yang sesuai dengan tingkat kemampuan siwa masing masing
sangat diharapkan dalam gaya ini.
Langkah-langkah pelaksanaan gaya mengajar pemecahan
masalah sebagai berikut:
·
Penyajian masalah. Guru menyajikan masalah kepada
siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir.
Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
·
Tentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan
prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda
seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih
sederhana.
·
Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam
bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta
menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang
menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat,
seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa.
Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari
jawaban.
·
Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap
anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa
yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh
anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian
dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
·
Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang
diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih,
apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali
melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Keuntungan
atau kerugian :
Keuntungan
yang didapat dari metode ini antara lain ialah:
·
Efektif untuk proses belajar yang tujuannya memperkenalkan aklimatisasi,
dan konseptualisasi tugas gerak atau suatu keterampilan gerak.
·
Sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan
fakta yang diperoleh.
Sedangkan
kelemahan metode ini pada umumnya dapat dikemukakan sbb:
·
Sering menimbulkan kesan tidak teratur karena siswa belajar tidak seragam.
·
Bagi mereka yang tingkat inteleknya agak kurang metode ini malah menjadi
ajang trial
and error yang tak berkesudahan
·
Merumuskan tujuan yang layak untuk siswa bersangkutan itu merupakan
suatu upaya
yang sukar, sehingga terjadi rumusan tujuan diluar jangkauan.
SELF TEACHING STYLE ( PENGAJARAN DIRI SENDIRI )
Metode ini menekankan pada pemberian kebebasan yang lebih luas pada siswa.
Kebebasan itu berupa penilaian terhadap kemajuan belajarnya oleh dirinya
sendiri, kemudian atas dasar penilaiannya itu siswa membuat keputusan sendiri
untuk melanjutkan atau mengulang gerakan atau melanjutkan dengan gerakan atau
pokok bahasan yang lebih lanjut. Dengan kata lain, bahwa keputusan yang harus
dibuat siswa itu berkenaan dengan pelaksanaan tugas gerak/pokok bahasan,
penilaian hasil belajar oleh dirinya sendiri, dan laju proses belajar itu
sendiri. Motivasi adalah pendorong yang sangat berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar yang hadir pada diri siswa. Dengan demikian proses belajar
siswa ini tidak semata-mata dirangkai dari luar dirinya tetapi juga ada
dorongan batin dirinya sendiri.
Keuntungan
atau Kerugian
Keuntungan
yang dapat diperoleh dari gaya ini antara lain ialah:
Ø
Membina kemandirian dan mengembangkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan
pertimbangan sendiri.
Ø
Memberikan kesempatan belajar berdasarkan tempo dan irama belajar atau
kecepatan
belajar dirinya sendiri.
Ø
Mengandung pembinaan motivasi diri siswa.
Kelemahan-kelemahan
yang terkandung gaya ini antara lain dapat
dikemukakan
sebagai berikut:
Ø
Karena kendali guru bersifat longgar, maka materi ini sering menimbulkan
kesemerawutan dalam pelaksanannya.
Ø
Memberikan kesempatan menguatkan sifat individualistis yang berkelebihan.
Ø
Kurang mengembangkan sifat sosial pada diri siwa.
Ø
Untuk gerakan yang kompleks yang membutuhkan penjagaan dan bantuan khusus guru
metode kurang cocok, sehingga metode ini hanya terbatas pada gerakan sederhana
dan tunggal
Sumber :http://ubay-thereds.blogspot.com/2011/04/gaya-mengajar-penjas.html
Artikel terkait
:
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://vanbolon.blogspot.com/2013/09/macam-macam-gaya-mengajar-penjasorkes.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.MACAM MACAM GAYA MENGAJAR PENJASORKES
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5