Latihan Mental Bagi Atlet
Sabtu, 07 September 2013
0
komentar
Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa seorang atlet maka atlet
perlu memiliki mental yang tangguh, sehingga ia dapat berlatih dan bertanding
dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah, tidak mudah terganggu
oleh masalah-masalah non-teknis atau masalah pribadi. Dengan demikian ia dapat
menjalankan program latihannya dengan sungguh-sungguh, sehingga ia dapat
memiliki fisik prima, teknik tinggi dan strategi bertanding yang tepat, sesuai
dengan program latihan yang dirancang oleh pelatih. Dengan demikian terlihatlah
bahwa latihan mental bertujuan agar atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau
prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh tersebut, atlet perlu melakukan
latihan mental yang sistimatis, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
program latihan olahraga secara umum, dan tertuang dalam perencanaan latihan
tahunan atau periodesasi latihan. Seringkali dijumpai, bahwa masalah mental
atlet sesungguhnya bukan murni merupakan masalah psikologis, namun disebabkan
oleh faktor teknis atau fisiologis. Contohnya: jika kemampuan atlet menurun
karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang atlet terhadap
kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak
segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini
akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet
menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran
dan sikap negative terhadap prestasi olahraganya.
Demikian juga dengan masalah yang disebabkan oleh faktor fisik. Masalah yang
seringkali terjadi adalah masalah “overtrained” atau kelelahan yang berlebihan,
sehingga menimbulkan perubahan penampilan atlet yang misalnya menjadi lebih
lambat, sehingga atlet tersebut kemudian di’cap’ sebagai atlet yang memiliki
motivasi rendah. Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa masalah mental tidak
selalu disebabkan oleh faktor mental atau faktor psikologis. Jika penyebab
masalahnya tidak terlebih dahulu diatasi, maka masalah mentalnya juga akan
sulit untuk dapat diperbaiki.
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa
dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi,
pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan
menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan mental yang paling umum
dilakukan oleh atlet adalah:
• Berfikir positif.
Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke
arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja
oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan
membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran
positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran
akan menuntun tindakan.
• Membuat catatan harian latihan mental (mental log).
Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet
selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan
olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran,
bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan
oleh atlet. Catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir,
bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan,
frustrasi, kecewa, dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau
tampil buruk. Dengan melakukan perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi
menjadi positif, atlet dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai
“langkah baru” — setelah anda mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun
perasaan berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang positif
dan penuh percaya diri.
• Penetapan sasaran (goal-setting).
Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah
yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output)
dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus
bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang
ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa
secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh
terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai.
Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet
bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan
sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.
• Latihan relaksasi. Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan
manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan
otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi,
namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif.
Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan
keadaan rileks dan tegang.
Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap
hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit).
Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk
bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah
“autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini
juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi
dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”,
“floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang
mulai banyak beredar di pasaran.
• Latihan visualisasi dan imajeri.
Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang
berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan
imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;
memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi
dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan
imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama
melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si
atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan
imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.
• Latihan konsentrasi.
Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada
suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling
sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi
lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran.
Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak
tahu harusbermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang.
Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula
menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar
si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang ia
lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di
sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam
waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi
ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan relaksasi.
Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian
kepada suatu benda tertentu nyala lilin; jarum detik; bola atau alat yang
digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi meditasi.
Latihan mental sebaiknya dilakukan sepanjang atlet menjalani latihan olahraga,
karena latihan mental merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan
tahunan atau periodesasi latihan. Latihan-latihan tersebut ada yang memerlukan
waktu khusus (terutama saat-saat pertama mempelajari latihan relaksasi dan
konsentrasi), namun pada umumnya tidak terikat oleh waktu sehingga dapat
dilakukan kapan saja.
Latihan Mental
Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa seorang atlet maka atlet
perlu memiliki mental yang tangguh, sehingga ia dapat berlatih dan bertanding
dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah, tidak mudah terganggu
oleh masalah-masalah non-teknis atau masalah pribadi. Dengan demikian ia dapat
menjalankan program latihannya dengan sungguh-sungguh, sehingga ia dapat
memiliki fisik prima, teknik tinggi dan strategi bertanding yang tepat, sesuai
dengan program latihan yang dirancang oleh pelatih. Dengan demikian terlihatlah
bahwa latihan mental bertujuan agar atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau
prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh tersebut, atlet perlu melakukan
latihan mental yang sistimatis, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
program latihan olahraga secara umum, dan tertuang dalam perencanaan latihan
tahunan atau periodesasi latihan. Seringkali dijumpai, bahwa masalah mental atlet
sesungguhnya bukan murni merupakan masalah psikologis, namun disebabkan oleh
faktor teknis atau fisiologis. Contohnya: jika kemampuan atlet menurun karena
faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang atlet terhadap kemampuan
dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak segera
teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan
menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet menjadi
kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran dan
sikap negative terhadap prestasi olahraganya.
Demikian juga dengan masalah yang disebabkan oleh faktor fisik. Masalah yang
seringkali terjadi adalah masalah “overtrained” atau kelelahan yang berlebihan,
sehingga menimbulkan perubahan penampilan atlet yang misalnya menjadi lebih
lambat, sehingga atlet tersebut kemudian di’cap’ sebagai atlet yang memiliki
motivasi rendah. Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa masalah mental tidak
selalu disebabkan oleh faktor mental atau faktor psikologis. Jika penyebab
masalahnya tidak terlebih dahulu diatasi, maka masalah mentalnya juga akan
sulit untuk dapat diperbaiki.
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa
dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi,
pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan
menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan mental yang paling umum
dilakukan oleh atlet adalah:
• Berfikir positif.
Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke
arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja
oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan
membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran
positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran
akan menuntun tindakan.
• Membuat catatan harian latihan mental (mental log).
Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet
selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan
olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran,
bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan
oleh atlet. Catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir,
bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan,
frustrasi, kecewa, dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau
tampil buruk. Dengan melakukan perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi
menjadi positif, atlet dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai
“langkah baru” — setelah anda mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun
perasaan berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang positif
dan penuh percaya diri.
• Penetapan sasaran (goal-setting).
Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah
yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output)
dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus
bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang
ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa
secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh
terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai.
Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet
bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan
sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.
• Latihan relaksasi. Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula
latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan
otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi,
namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif.
Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan
keadaan rileks dan tegang.
Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap
hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit).
Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk
bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah
“autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini
juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi
dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”,
“floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang
mulai banyak beredar di pasaran.
• Latihan visualisasi dan imajeri.
Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang
berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan
imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;
memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi
dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan
imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama
melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si
atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan
imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.
• Latihan konsentrasi.
Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada
suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling
sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi
lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran.
Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak
tahu harusbermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang.
Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula
menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar
si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang ia
lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di
sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam
waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi
ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan relaksasi.
Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian
kepada suatu benda tertentu nyala lilin; jarum detik; bola atau alat yang
digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi meditasi.
Latihan mental sebaiknya dilakukan sepanjang atlet menjalani latihan olahraga,
karena latihan mental merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan
tahunan atau periodesasi latihan. Latihan-latihan tersebut ada yang memerlukan
waktu khusus (terutama saat-saat pertama mempelajari latihan relaksasi dan
konsentrasi), namun pada umumnya tidak terikat oleh waktu sehingga dapat
dilakukan kapan saja.
Sumber :http://selidik86.blogspot.com/2014/01/makalah-imagery-3.html
Artikel terkait
:
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://vanbolon.blogspot.com/2013/09/latihan-mental-bagi-atlet.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Latihan Mental Bagi Atlet
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5