DIALOG PELATIH DENGAN SANG ATLET KARATE: PELATIH YANG MEMILIKI INTIMASI
Rabu, 09 Maret 2016
0
komentar
Selama
8 (delapan) bulan penuh tim pelatih mempersiapkan program latihannya dengan
target mendapat medali emas. Mereka benar-benar matang mempersiapkan atlet
andalannya karena ini kesempatan mereka (pelatih) menunjukkan tajinya.
“Kita latihan power ototmu tungkai dulu, ya ?” saran pelaih fisiknya.
“Itu
gunanya apa sinsei ?” tanya Van
bolon.
“Kamu
kebanyakan bertanya ! gunanya untuk meningkatkan kecepatan mawashi geri-mu,” kesal pelatih fisiknya.
“Mawashi geri aku sudah bagus, ngapain
lagi di latih couch ? tanyanya lagi.
“Memang
sudah cepat, tapi masih kurang, karena di pertandingan level tinggi, kita harus
latihan maksimal dan jangan sampai salah memberikan latihan, jangan latihan
yang tidak ada hubungannya,” jelas pelatih fisiknya dengan nada putus-putus.
“Maksut
sensei apa, saya tidak paham ? tanya
sang atlet.
“Kalau
fisikmu kurang, atau kalau kamu cepat lelah saat bertanding, jangan hanya
latihan VO2Max saja, di latih juga daya tahan ototnya. Begitu juga
kecepatan mawashi geri jangan hanya
melatih kecepatannya, tetapi latih juga power
otot tungkaimu, karena itu berhubungan,” tutur pelatih fisiknya malas.
“explosive power
Otot tungkai berhubungan dengan kecepatan mawashi geri.
Explosive power adalah
daya ledak atau sering di singkat hanya power (perpaduan antara kekuatan dan
kecepatan). Sama seperti orang yang berpikir ada yang lambat berpikir dan ada
yang sedang dan ada yang cepat dan itu namanya IQ (Intelligence Quotient), begitu juga otot, ada lambat responnya
bergerak, ada sedang, dan ada yang cepat, dan kamu bisa rasakan di pinggang dan
pinggang kamu akan terasa berat susah diangkat jika daya ledak otot tungkaimu
lemah tetapi disini kecepatan tendangannya harus di latih agar berhubungan
dengan daya ledak otot tungkainya,” Lanjuutnya.
“Saya sudah
pusing sensei, saya senang kalau
langsung praktek di lapangan sensei,”
ucap sang atlet.
“Kamu
memang sering membuat pelatih kesal . Oke, berdiri, ambil skipping-mu, dan main skpping
dulu sampai saya bilang stop,” ucap
pelatihnya kesal.
“Osh sensei ...,” jawab van Bolon dan
pergi berlatih.
Sementara tim lawan melakukan
diskusi di dojo Pordibya Bandung (tempat latihan) mereka.
“Kita
cari kelemahan dia !” ucap pelatih lawan.
“Tidak
tahu di mana kelemahannya sepertinya dia tidak terkalahkan,” cibir asistennya.
“Ada
... pasti ada !” ucap pelatih lawan.
“Tidak
ada coach. Kata orang, dia lemah jika
kita hanya menahan serangannya, enggak juga, kata orang dia lemah jika diserang
terus, tapi apa ? di kejuaraan nasional FORKI, dia yang keluar sebagai
pemenangnya. Katanya dia lemah, di bagaian mawashi
geri kiri, tapi nyatanya apa ? semua sudah di coba coach,” terang asisten pelatih lawan.
“Kita
kumpulkan vidio-vidionya selama pertandingan, lalu kita coba teliti di mana
kelemahannya, apakah ada kumpulan vidionya ?” tanya pelatih lawan.
Asisten
pelatih lawan menjawab; “ada coach , ada sama team kita.”
Lalu
mereka memutar vidionya dan mencoba memperhatikannya.
“Coba
stop di sini !” ucap pelatih lawan.
“Ini
coach,” sahut asisten pelatih lawan.
“Ya
!!! coba lihat gerakannya sebelum melakukan serangan, dia melakukan langkah
pendek, sepanjang ukuran telapak kakinya, di sini bisa kita bisa memotongnya
sebelum dia menyerang,” saran pelatihnya dengan yakin.
“Maksutnya
coach, kita memotong serangannya,”
sahut asisten pelatih lawan.
“Ya ! artinya atlet kita harus
menunggu, dan harus konsentrasi, dan memiliki respon yang tinggi. Lihat ini
juga, poinnya semua di hasilkan dari serangan tiba-tiba, jarang sekali dia
memotong serangan, tetapi dia menunggu,
saat waktu yang tepat dia lalu menyerang, jadi suruh atlet kita jangan mau
melakukan serangan dulu, menunggu dan menunggu tetapi jangan diam di tempat,
harus berpindah-pindah tempat,” tutur pelatih lawan dengan yakin.
“Dia
pasti banyak caranya coach untuk
melakukan cara menghasilkan point,” ucap
asisten pelatih lawan ragu.
“Sebelum
tanding, kita buat dia cemas, agar gugup di pertandingan,” raung pelatih lawan
keras.
“Bagaiamna
caranya coach ? tanyanya.
“Kita
coba kita hadirkan pacarnya, setahu saya dia mempunyai pacar ?” saran pelatih
lawan.
“Atlet,
biasanya kalau pacarnya datang, semangat atletnya akan semakin tinggi atau
orangtuanya datang dia akan semangat,” pendapat asisten pelatih lawan.
“Iya
memang, tapikan dia lain dari yang lain, enggak salahkan kita coba, cara kedua
bisa kita soraki jika dia di lapangan, kita suruh team sporter untuk menyorakinya,” ucap pelatih lawan.
“Okey coach,,,, bagus,” seru asisten
pelatih lawan.
“Ya
! ayo ! latih dulu respon atlet kita, agar bisa menahan gempuran si Van bolon
itu,” perintah pelatih lawan.
“Osh
...” seru asisten pelatih lawan.
Hari
pertandinganpun di mulai tetapi Van bolon sepertinya mengalami kecemasan,
padahal tim pelatih psikologi sudah melatih mentalnya lewat latihan relaksasi
dan latihan kecemasan lainya. Tetapi itulah nyatanya, sang atlet mengalami
kecemasan.
Biasanya
kalau atlet masuk kejuaraan tertinggi apalagi belum pernah di alami, tingkat
kecemasan memang akan tinggi, dia kelihatan biasa saja, wajah serius, tetapi
pelatihnya tahu betul bahwa dia mengalami kecemasan karena sering menelan ludah
dan dua kali permisi ke toilet. Dalam ilmu psikologi olahraga pertanda si atlet
mengalami kecemasan.
“Kalau
kamu mau berprestasi tinggi, maka turunkanlah rasa kecemasanmu, bukan berarti
kecemasan itu tidak penting, kecemasan itu penting tetapi sewajarnya gunanya
agar ada motivasi ingin berprestasi,” saran pelatih psikologinya.
“Osh
senpai ...” jawabnya yang artinya; ya
guru.
“Lihat
lawanmu lemah-lemah,,, kamu pasti bisa,” membangkitkan mental Van bolon.
Sumber: Novel Mossak
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://vanbolon.blogspot.com/2016/03/dialog-pelatih-dengan-sang-atlet-karate.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.DIALOG PELATIH DENGAN SANG ATLET KARATE: PELATIH YANG MEMILIKI INTIMASI
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5